BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tonsil
atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya,
bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri
tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil
palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin
Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium
dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis
sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki
virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung
atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme
yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem
kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang.
Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam
tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis
kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi,
manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengaplikasikan
ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan tonsilitis secara komprehensif di ruang Kenanga RS Dr.Moewardi
2.
Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara
menyeluruh pada klien tonsilitis
b. Mampu menganalisa dan menentukan
masalah keperawatan pada klien tonsilitis
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi
untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis
d. Mampu mengevaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsilitis
BAB
II
KONSEP
DASAR
A.
Pengertian
1. Tonsilitis adalah
suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan
disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
2. Tonsilitis akut
adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh
virus (Mansjoer, A. 2000).
3. Tonsilitis kronik
merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak
mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta
mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya
tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk
jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
4. Tonsilitis adalah
radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta
hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh
infeksi virus (Hembing, 2004).
5. Tonsilitis adalah
suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan,
terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).
6. Tonsilitis adalah
inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).
B.
Klasifikasi
Macam-macam
tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
1.
Tonsillitis akut
Disebabkan
oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus
piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2.
Tonsilitis falikularis
Tonsil
membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih
yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat
leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang
tersangkut.
3.
Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan
mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4.
Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila
eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih
kekuning-kuningan.
5.
Tonsilitis Kronik
Tonsillitis
yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut
yang buruk.
C.
Etiologi
Menurut
Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1.
Pneumococcus
2.
Staphilococcus
3.
Haemalphilus influenza
4.
Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut
Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi
virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan
tonsillitis.
D.
Patofisiologi
Menurut
Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil
yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan
detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi
satu maka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi
sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis
kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan
limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti
jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.
E.
Pathway
F.
Manifestasi Kinik
Menurut
Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
1.
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2.
Tenggorokan terasa kering
3.
Persarafan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus
5.
Tidak nafsu makan
6.
Mudah lelah
7.
Nyeri abdomen
8.
Pucat
9.
Letargi
10.
Nyeri kepala
11.
Disfagia (sakit saat menelan)
12.
Mual dan muntah
Menurut
Hembing, (2002) :
1.
Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat
menelan, kadang-kadang muntah.
2.
Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3.
Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar
nanah pada lekukan tonsil.
G.
Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :
1.
Tes Laboratorium
Tes
laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh
pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik,
glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2.
Pemeriksaan penunjang
Kultur
dan uji resistensi bila diperlukan.
3.
Terapi
Dengan
menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
H.
Komplikasi
Komplikasi
tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
1.
Abses pertonsil
Terjadi
diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus
group A.
2.
Otitis media akut
Infeksi
dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga.
3.
Mastoiditis akut
Ruptur
spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
4.
Laringitis
5.
Sinusitis
6.
Rhinitis
I.
Penatalaksanaan / Pengobatan
Penatalaksanaan
tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan
antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan
menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2.
Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a.
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali
atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali
atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
d.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN
TONSILITIS
A.
Pengkajian
Focus
pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :
1.
Wawancara
a.
Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
b.
Apakah pengobatan adekuat
c.
Kapan gejala itu muncul
d.
Apakah mempunyai kebiasaan merokok
e.
Bagaimana pola makannya
f.
Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2.
Pemeriksaan fisik
Data
dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :
a. Intergritas Ego
Gejala : Perasaan takut
Khawatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
b. Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah
terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk.
c. Hygiene
Tanda : Kesulitan menelan
d. Nyeri / Keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati
Gejala : Sakit tenggorokan kronis,
penyebaran nyeri ke telinga
e. Pernapasan
Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau,
bekerja dengan serbuk kayu, debu.
Hasil pemerisaan fisik secara umum di
dapat :
1. Pembesaran tonsil dan hiperemis
2. Letargi
3. Kesulitan menelan
4. Demam
5. Nyeri tenggorokan
6. Kebersihan mulut buruk
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul :
1.
Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2.
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
4.
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5.
Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
C.
Intervensi
Dx
1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
NOC
: Perawatan Diri : Makan
Tujuan
: Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan
menelan dapat diatasi
Kriteria
hasil :
1.
Reflek makan
2.
Tidak tersedak saat makan
3.
Tidak batuk saat menelan
4.
Usaha menelan secara normal
5.
Menelan dengan nyaman
Skala
: 1. Sangat bermasalah
2.
Cukup bermasalah
3.
Masalah sedang
4.
Sedikit bermasalah
5.
Tidak ada masalah
NIC
: Terapi menelan
Intervensi
:
1. Pantau gerakan lidah klien saat
menelan
2. Hindari penggunaan sedotan minuman
3. Bantu pasien untuk memposisikan
kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan.
4. Libatkan keluarga untuk memberikan
dukungan dan penenangan pasien selama makan / minum obat.
Dx
2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
NOC
: Kontrol Nyeri
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat
hilang atau berkurang.
Kriteria
hasil :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Mengenali serangan nyeri.
c. Tindakan pertolongan non analgetik
d. Mengenali gejala nyeri
e. Melaporkan kontrol nyeri
Skala
: 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC
: Menejemen Nyeri
Intervensi
:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan
distraksi / latihan nafas dalam.
3. Berikan analgesik yang sesuai.
4. Observasi reaksi non verbal dari
ketidanyamanan.
5. Anjurkan pasien untuk istirahat.
Dx
3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
NOC
: Fluid balance
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan
nutrisi dapat teratasi
Kriteria
hasil :
a.
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b.
BB ideal sesuai tinggi badan
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala
: 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC
: Manajemen nutrisi
1.
Berikan makanan yang terpilih
2.
Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3.
Berikan makanan sedikit tapi sering
4.
Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx
4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC
: Termoregulasi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh
kembali normal atau turun.
Kriteria
hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Suhu kulit dalam batas normal
c. Nadi dan pernafasan dalam batas
normal.
Skala
: 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC
: Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna, dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan
pernafasan.
4. Monitor intake dan output
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam.
Dx
5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
NOC
: Kontrol Cemas
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa
cemas dapat hilang atau berkurang
Kriteria
hasil :
a. Ansietas berkurang
b. Monitor intensitas kecemasan
c. Mencari informasi untuk menurunkan
kecemasn
d. Memanifestasi perilaku akibat
kecemasan tidak ada
Skala
: 1. Tidak pernah dilakukan
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang-kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
NIC
: Pengurangan Cemas
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya
meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
2. Tenangkan anak / pasien.
3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi
fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi, eskpresi cemas non verbal)
4. Berikan pengobatan untuk menurunkan
cemas dengan cara yang tepat.
5. Instruksikan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
Adams,
George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Doengoes,
Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah.
1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan
Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku
Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi
7.Jakarta:EGC.
http://www.medicastore.com
diakses tanggal 12 Juni 2008.
http://imammegantara.blogspot.com
diakses tanggal 12 Juni 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar